Sabtu, 19 September 2009

Bernalar Untuk Mendapatkan Kesimpulan Yang Lurus

Proses Berpikir dan Bernalar

Berpikir merupakan proses dimana seseorang menelaah suatu hal. Hal tersebut sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Jujun S. Suriasumantri dalam bukunya yang berjudul Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer bahwa berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar. Apa yang disebut benar bagi tiap orang adalah tidak sama maka oleh sebab itu kegiatan proses berpikir untuk menghasilkan pengetahuan yang tidak benar itu pun juga berbeda-beda.

Sedangkan hakekat dari penalaran adalah suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang bersifat pengetahuan. Akan tetapi tidak semua kegiatan berpikir mendasarkan diri pada penalaran (Jujun S. Suriasumantri, 2002:43)

Seperti yang kita ketahui bahwa dengan bernalar kita akan memperoleh kesimpulan yang lurus. Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap sah apabila proses penarikan kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara tertentu yang disebut logika. Logika dapat diartikan sebagai ilmu kecakapan untuk berpikir lurus. Akan tetapi Drs. Heru Suharto, S. Fi. mengatakan dalam bukunya yang berjudul Kesesatan-Kesesatan Dalam Penalaran bahwa untuk sampai pada suatu ketepatan bernalar, terdapat rambu-rambu yang sangat perlu diperhatikan agar tidak terjadi kesesatan. Jadi dalam menggunakan logika pun kita harus hati-hati karena apabila logika yang digunakan ternyata tidak sesuai dengan rambu-rambu kebenaran yang ada, maka kita hanya akan memperoleh kesimpulan yang salah.

Proses bernalar meliputi beberapa tahap. Tahapan-tahapan tersebut adalah:

  1. Mengerti tahap dimana seseorang memahami segala aspek dari objek yang diamati.

  2. Memutuskan menetapkan kesimpulan sementara berdasarkan fakta-fakta yang ada.

  3. Menyimpulkan memberikan kesimpulan yang pasti mengenai objek yang diamati setelah fakta-fakta yang ada di uji kembali kebenarannya.

Salah satu contoh sebagai bukti bahwa dengan bernalar kita mampu mengambil kesimpulan yang lurus adalah:

Jika seseorang merasa lapar, maka ia akan melakukan aktifitas yang membuat rasa laparnya hilang. Aktifitas tersebut adalah makan, dan yang dimakan adalah nasi dan lauk-pauknya, bukan pasir atau batu.

Aktifitas yang dilakukan oleh orang tersebut dilakukan setelah dia berpikir dan bernalar dengan logika. Jenis logika yang dia gunakan adalah logika kodratia (secara spontan) dalam hal mengambil tindakan untuk makan, dan logika ilmiah (untuk menghindari kesesatan) dalam hal memilih untuk memakan nasi dan lauk-pauknya daripada memakan pasir dan batu.



Cara Menyatakan Suatu Kebenaran

Penalaran yang sah didasarkan atas fakta-fakta yang akan membawa kita pada kebenaranan. Kebenaran yang ada dapat diverifikasi dengan menggunakan beberapa metode diantaranya adalah observasi, eduksi, dan oposisi logis (kontradiksi).

Observasi

Observasi adalah proses pengamatan terhadap fakta yang ada. Berdasarkan pengamatan tersebut kita akan bertemu dengan sebuah kesimpulan baik kesimpulan yang benar maupun yang salah. Logika sangat diperlukan dalam proses pengamatan agar kita mampu menarik kesimpulan yang benar dan lurus. Di dalam kenyataannya, observasi merupakan suatu proses persepsi.

Contoh :

Dimas mengobservasi bahwa setiap kali dia berada di tempat terbuka yang bersuhu rendah, maka kulitnya akan berubah menjadi merah dan dia akan merasa gatal pada kulit yang merah tersebut. Ia pun mencoba untuk berada pada tempat terbuka yang bersuhu rendah pula, dan efek yang timbul adalah sama seperti pada saat dia berada di tempat tertutup yang bersuhu rendah. Jadi, berdasarkan observasi ini, Dimas mengambil kesimpulan bahwa dia alergi terhadap udara bersuhu rendah, baik itu dalam ruangan yang tertutup maupun terbuka.

Eduksi

Eduksi merupakan pernyataan yang sama tapi menggunakan bahasa yang lain. Biasanya eduksi dissebut juga pembalikan fakta. Eduksi terdiri dari konversi, obversi, kontraposisi, posibilitas, dan aktualitas (Rafael Raga Maran, 2007:87)


Teknik konversi berarti membalikkan sebuah proposisi, tetapi teknik tersebut tetap mempertimbangkan nilai-nilai kebenaran. Konversi pun dibagi ke dalam beberapa jenis, hal tersebut bergantung pada kuantitasnya.

Contoh :

Semua anjing adalah hewan converted

Beberapa hewan adalah anjing converse

Dalam proposisi ini didapatkan converse yang salah, sehingga perlu ditambahkan kata “beberapa” atau “sebagian” untuk memperoleh kesimpulan yang sah.


Obversi merupakan penambahan komplemen pada term predikat pada suatu proposisi dan mengubah kualitasnya dari afirmatif menjadi negatif, dan dari negatif menjadi afirmatif.

Contoh :

Obversi dari semua gajah adalah mamalia adalah tidak ada gajah bukan mamalia.

Obversi dari beberapa dokter adalah perempuan adalah beberapa dokter bukan perempuan.

Hukum-hukum Obversi :

  1. pertahankan subjek dari proposisi asal

  2. ubah kualitas proposisi asal dari afirmatif menjadi negatif, dan dari negatif menjadi afirmatif

  3. pertahankan kuantitas proposisi asal

  4. kontradiksikan predikat dari proposisi asal. Misalnya mamalia menjadi bukan mamalia, dan bukan perempuan manjadi perempuan.


Kontraposisi adalah suatu bentuk penyimpulan langsung yang disusun dengan cara mengubah posisi term subjek dan term predikat serta mengganti term subjek dan term predikat dengan komplemen masing-masing.

Contoh :

Kontraposisi dari semua paus adalah ikan adalah semua yang bukan ikan adalah bukan paus.

Posibilitas adalah suatu kesempurnaan yang belum dimiliki. Dengan kata lain posibilitas merupakan kemungkinan yang bisa saja terjadi. Misalnya saja, Anda dapat menjadi seorang politikus handal.


Aktualitas adalah keadaan dimana suatu objek penalaran tersebut benar-benar ada saat ini. Misalnya saja, kami adalah mahasiswi semester satu.




Oposisi Logis (kontradiksi)

Oposisi logis adalah ketidaksesuaian yang terdapat diantara dua proposisi yang memiliki term subjek dan term predikat yang sama, tapi berbeda dalam kuantitas maupun kualitasnya (Rafael Raga Maran, 2007:90)


Penggolongan dan Definisi

Penggolongan dan definisi dibutuhkan dalam penalaran agar mempermudah kita dalam berpikir dan memperoleh kesimpulan yang benar. Penggolongan membantu kita mengumpulkan atau menyatukan barang-barang sedemikian rupa untuk membentuk suatu kelas atau group.

Penggolongan mempermudah kita menangkap keanekaragaman fenomena dengan tepat, jadi dengan penggolongan membantu kita mengumpulkan atau menyatukan barang-barang sedemikian rupa untuk membentuk suatu kelas atau group. Sedangkan definisi menjelaskan arti kata-kata atau term-term agar tidak ambigu. Definisi dapat dijelaskan sebagai susunan kata yang digunakan untuk menetapkan arti bagi suatu kata atau suatu grup kata.

Penggolongan dan definisi saling berkaitan, untuk menggolongkan objek kita harus memahami definisi obyek tersebut terlebih dahulu.

Contoh :

Untuk menggolongkan beberapa mahasiswa kedalam golongan mahasiswa cerdas atau bodoh diperlukan definisi yang tepat mengenai cerdas dan bodoh. Sehingga kita bisa dengan mudah menggolongkan objek tersebut kedalam golongan yang sesuai dengan ciri-ciri yang disebutkan dalam definisi.

Jika tidak terdapat penggolongan dan definisi dalam penalaran maka kita akan kesulitan dalam menggolongkan sebuah objek dan menemukan kesimpulan yang benar dan lurus. Peran penggolongan dan definisi dalam suatu sistem pengetahuan adalah mempermudah kita untuk menyampaikan pengetahuan tersebut secara universal dengan bahasa yang sederhana, sehingga dapat dimengerti oleh banyak orang.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar